Penyandang disabilitas lumpuh desa Cikadu Om Rapingi, baru-baru ini mendapat kejutan yang luar biasa. Rumahnya yang sudah sangat rapuh dan hampir rubuh itu, kini dibongkar total dan direhab menjadi bangunan baru, lengkap dengan lantai keramik yang bersih mengkilap. Semua itu berkat semangat gotong royong warga desa Cikadu Kecamatan Watukumpul, Pemalang, yang sangat tinggi.
sebelum dan sesudah dibedah |
Ceritanya berawal dari sini.
Siang itu, Senin, 22 Januari 2017 dua anggota TAGANA Desa Cikadu, Pak Yanto dan Pak Sholeh, meninjau longsor di lokasi RT 11 yang dikabarkan terjadi pada malam sebelumnya.
Setelah datang ke TKP, ternyata longsor di tempat itu hanya longsoran kecil dan tidak berpotensi mengancam pemukiman warga. Dalam perjalanan pulang, hujan turun sangat deras. Mereka berteduh di sebuah gubuk. Tempat ini biasanya dijadikan warga RT 10 sebagai tempat berkumpul, nongkrong, atau tempat bermain anak-anak baik siang maupun malam hari.
Tepat di samping gubuk tersebut, terlihat pemandangan yang sangat menyentuh. Seorang perempuan sedang memasak di dalam rumahnya sambil memegang payung! Beliau adalah istri dari Om Rapingi, salah satu penyandang disabilitas lumpuh di desa Cikadu. Keadaan rumahnya sudah sangat tidak layak.
Saat Pak Yanto dan Pak Sholeh menyempatkan masuk ke dalam rumah, pemandangan di dalam makin menyedihkan.
Om Rapingi terbaring di sudut ruangan, kedinginan berselimut sarung. Sebagian besar atap rumah sudah bocor parah dari ujung depan sampai bagian belakang. Ember, bak, baskom, panci, gayung, apapun yang bisa menampung air, berserakan di sana sini setiap kali hujan turun untuk menampung tetesan dan kucuran air dari atap yang bocor. Bahkan istrinya harus menggunakan payung di dalam rumah saat memasak agar kompornya tidak terkena air hujan. Begitu juga dengan dindingnya, rapuh dan lapuk termakan usia.
Om Rapingi mengalami kelumpuhan dari pinggang hingga ke bawah, semenjak terjatuh saat bekerja sebagai tukang proyek bangunan di Jakarta. Semenjak itu, kondisi kesehatannya tidak stabil, sakit menahun hingga hari ini.
Om Rapingi memiliki 6 orang anak. Dua orang anak perempuannya telah berumah tangga dan tinggal mengikuti suami. Sedangkan seorang anak laki-lakinya tak dapat meneruskan sekolah dan kini menjadi tulang punggung keluarga, serta masih harus membiayai 3 orang adiknya yang masih bersekolah di SD dan SMP.
Rumah Om Rapingi pernah diajukan pemerintah desa melalui program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Namun ternyata setelah disurvey, luas tanahnya tidak memenuhi syarat yang ditetapkan pemerintah.
Akhirnya, terdorong semangat kemanusiaan dan gotong royong, digagaslah gerakan bedah rumah bagi keluarga Om Rapingi oleh Pak Sholeh dan Pak Yanto. Mereka mengumpulkan sumbangan dari warga desa Cikadu yang berkecukupan.
warga bergotong royong membedah rumah |
Om Rapingi dan istri menginap sementara di rumah tetangga |
tukang kayu bekerja sukarela |
ruang tamu setelah dibedah |
Setelah dana terkumpul cukup banyak untuk membeli material kayu, seng, dll, ide semula yang direncanakan hanya bedah rumah bagian belakang saja, ternyata dana yang ada diperkirakan cukup untuk merehab seluruh bangunan.
Bedah rumah ini memang gerakan masyarakat. Namun, karena penggagasnya adalah aktivis TAGANA, mereka pun meminta dukungan berupa bantuan tenaga.
Selain itu, kegiatan ini diajukan pula kepada BPBD Kabupaten dan mendapatkan bantuan logistik berupa bahan makanan untuk konsumsi para relawan yang bekerja bakti, 10 lembar seng, 5 lembar tripleks, dan 5 lembar GRC.
Setelah persiapan material dirasa cukup, tepatnya hari Sabtu tanggal 28 Januari 2017, warga RT 10 mulai bergotong royong membongkar rumah Om Rapingi dan kemudian membangunnya kembali.
Setelah 10 hari dilaksanakan kerja bakti oleh warga, kini Om Rapingi dan keluarga sudah dapat menikmati rumah baru yang jauh lebih nyaman. Kondisi tempat tinggal yang baru ini diharapkan memberi semangat besar untuk kesembuhannya. Sehingga harapannya untuk bisa sehat dan bekerja seperti sedia kala segera terwujud.
Itulah cerita di balik bedah rumah penyandang disabilitas di Desa Cikadu gegara masak sambil payungan. Memang rizki tak ada yang menduga datang dari mana ya. ***
Syukur ya mbak..akhirnya keluarga Lapingi mendapatkan hunian yang lebih layak..
BalasHapusBetul bu, mohon doa juga untuk kesembuhannya, sebab diagnosa dokter Pak Rapingi masih bisa sembuh asalkan giat berlatih dirumah. Seharusnya memang terapi dengan dokter, namun ketiadaan biaya maka tidak bisa mengikuti terapi seperti saran dokter.
HapusSmoga dgn renovasi rumah membuat semangat pak rapingi untuk bs sembuh dr sakit yg ia derita.gws pak...!!!
BalasHapusSmoga dgn renovasi rumah membuat semangat pak rapingi untuk bs sembuh dr sakit yg ia derita.gws pak...!!!
BalasHapusNggih mba Ci,,,Aamiin. Matur nuwun sudah mampir di mari.😊
HapusNggih mba Ci,,,Aamiin. Matur nuwun sudah mampir di mari.😊
Hapus