SEPIRING NASI VS SEHELAI BAJU
Pernahkah terpikir oleh kita, tentang sepiring nasi yang tersaji di meja makan? Ia telah melalui serangkaian panjang perjalanan hidup sebelum bertemu takdirnya sebagai sajian keluarga.
Bermula sejak Pak Tani yang mencangkul sawah, Bu Tani yang menanam bibit-bibit padi, lalu dipupuk agar menghasilkan biji-biji padi yang sehat dan berisi.
Proses pemanenannya juga penuh perjuangan. Batang-batang padi diarit terlebih dahulu, lalu dipukul-pukul sepenuh tenaga agar biji padi terlepas dari batang. Setelah itu, padi atau gabah digiling di penggilingan padi untuk melepaskan cangkang / kulit merang_yang kita sebut beras_ setelah sebelumnya dijemur di bawah terik matahari untuk mengurangi kadar air.
Butiran-butiran beras tersebut tak dapat langsung dimakan. Mereka harus melalui proses dimasak terlebih dulu agar dapat disajikan. Terkadang nasi hanya dimasak begitu saja lalu dimakan bersama lauk pauk dan teman-temannya. Terkadang pula disajikan dalam aneka bentuk masakan berbahan dasar beras, seperti lontong, ketupat, bubur, nasi goreng, nasi uduk, nasi kuning, dll, yang semuanya itu melalui proses memasak yang berbeda-beda.
Sepiring sajian nasi ternyata melibatkan sekian banyak orang, sekian banyak proses, untuk bisa sampai dihadapan kita. Sepiring nasi bisa kita makan sehari tiga kali, atau sehari satu kali, atau bahkan tidak sama sekali, sesuai diet dan pola makan tiap-tiap orang.
Lalu bagaimana dengan sehelai baju yang kita pakai setiap hari, setiap saat, bahkan setiap detik, melekat begitu dekat dengan kita?
Sebagaimana pula sepiring nasi, sehelai bajupun tentu telah melalui serangkaian panjang proses pembuatannya sebelum akhirnya melekat ditubuh kita.
Nah, tulisan ini mengawali tulisan-tulisan selanjutnya tentang pengalaman-pengalaman unik menjadi bagian dari proses dibuatnya sehelai baju, yaitu pengalaman saya menjadi seorang penjahit. Banyak suka duka, banyak cerita, yang ingin saya bagikan, yang semoga bermanfaat dan memotivasi pembaca semua. Bahwa apapun profesi kita, semua memiliki tantangan tersendiri, menuntut dedikasi, waktu, tenaga, dan pikiran penuh untuk dapat ditunaikan sebaik-baiknya.
Selamat membaca!
with deepest love
Lasmiati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.