Selasa, 10 Muharrom 1441 H, diadakan perhelatan besar-besaran Haul dan Kirab Klambu Mbah Among Rogojati di Desa Cikadu, Watukumpul Pemalang. Rangkaian acara demi acara berlangsung dengan sangat meriah. Semua warga antusias mengikuti acara yang diadakan pertama kali di desa ini.
aneka gunungan kupat untuk di arak keliling kampung |
Acara yang digagas oleh pemerintah desa ini adalah bentuk pelestarian kearifan lokal yang diharapkan dapat menambah kecintaan terhadap budaya luhur bangsa. Selain itu, acara ini juga mampu mendongkrak potensi wisata religi dan meningkatkan perekonomian warga Cikadu.
Mbah Among Rogojati adalah wali yang menyebarkan Islam di Cikadu dan sekitarnya. Bisa dikatakan garis keturunannya masih ada hingga ke generasi sekarang. Urutannya adalah sebagai berikut: Mbah Ahmad (mbah Manten Lurah) - Mbah Maryamah (mbah Perlot) - Mbah Saki (Mbah Surajaya) - mbah Wastam - mbah Domir - Ratu Ayu - Ratu Muqoyyim (Mbah Among Rogojati). Bangunan yang menaungi makamnya telah dipugar pada tahun 2016 agar mampu menampung lebih banyak jamaah.
Baca juga Sebutan Bagi Nenek Moyang Dalam Masyarakat Jawa
Haul Mbah Among sebenarnya sudah diadakan setiap tahun pada bulan Muharrom. Namun, acara tahun ini dirancang besar-besaran, berbeda dengan tahun-tahun sebelumya yang hanya diadakan tahlil oleh warga sekitar. Pada tahun ini, selama satu minggu sebelum tanggal 10 Muharrom, warga sudah mengadakan tahlil rutin setiap ba'da isya selama tujuh hari berturut-turut. Puncak acara tahlil jatuh pada hari Selasa ini, yang dibarengi dengan kirab klambu makam Mbah Among, siraman benda pusaka peninggalan Mbah Among, Arakan gunungan kupat, makan bersama warga, lomba rebana, serta pengajian umum.
Puncak tahlil mbah Among pada tanggal 10 Muharrom diadakan siang hari. Pagi hari sebelum acara, warga sudah berkumpul di sepanjang jalan raya Cikadu menuju makam Mbah Among. Masing-masing RT dan kelompok tahlil sudah menyiapkan gunungan kupat, semuanya berjumlah 13 gunungan. Para ibu menyediakan lauk-pauk di tenda yang sudah disediakan panitia.
Setelah pembacaan doa oleh sesepuh dan dibuka oleh Ibu Kepala Desa, arakan gunungan kupat pun dimulai. Semua antusias mengikuti arakan dengan rute bale desa-jembatan kali Polaga-jalan lingkar Cikadu-lapangan gunung Kusan-kembali ke bale desa.
Setelah pembacaan doa oleh sesepuh dan dibuka oleh Ibu Kepala Desa, arakan gunungan kupat pun dimulai. Semua antusias mengikuti arakan dengan rute bale desa-jembatan kali Polaga-jalan lingkar Cikadu-lapangan gunung Kusan-kembali ke bale desa.
Di lapangan Gunung Kusan, arakan gunungan kupat beristirahat. Di tempat inilah diadakan kirab klambu makam Mbah Among, disusul dengan siraman benda-benda pusaka peninggalan leluhur. Lantunan syahadat, doa-doa dan sholawat, dikumandangkan bersama-sama. Merinding bulu roma, merasakan kembali kedekatan dengan Sang Pencipta melalui waliNya.
Selesai acara kirab dan siraman benda pusaka, arakan gunungan kupat kembali ke depan bale desa tempat acara makan bersama akan dilaksanakan. Begitu arakan sampai, warga langsung menyerbu stan-stan penyedia lauk yang mulai sibuk mengiris kupat untuk diberikan pada semua warga. Penuh sesak semua stan makanan. Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan, membaur menjadi satu dan makan bersama sajian kupat di sepanjang jalan raya. Bagi yang sedang menjalankan puasa sunnah, diberikan ketupat utuh beserta lauk dalam wadah.
Pada saat ini, sangat terasa kebersamaan dan guyub rukun semua warga. Bapak Camat yang hadir bersama danramil serta jajaran pegawai kecamatan, ikut membaur dalam kemeriahan pesta makan kupat bersama.
Jelang tengah hari, acara makan bersama selesai sudah. Warga berduyun-duyun menuju ke makam Mbah Among untuk tahlil serentak. Selesai tahlil, acara diistirahatkan. Semua orang kembali ke rumah masing-masing untuk melaksanakan sholat dzuhur.
Ba'da dzuhur, acara dilanjutkan dengan lomba rebana yang diikuti oleh kelompok dan grup rebana yang ada di wilayah Cikadu dan sekitarnya. Ada 11 grup yang mendaftar dan semuanya tampil dengan maksimal di depan para juri. Pemenangnya langsung diumumkan setelah selesai penampilan lomba. Juara 1 Grup dari Kalilingseng, juara 2 grup dari Kalibengang, dan juara 3 grup dari Tembelang.
Selain itu diadakan pula santunan anak yatim yang rutin diberikan setiap tahun di bulan Muharrom oleh Fatayat NU anak cabang Cikadu. Perwakilan anak-anak yatim menerima santunan setelah selesai penerimaan hadiah lomba rebana. Pukul lima sore, acara ditutup sementara untuk istirahat.
Acara Haul dan Kirab mbah Among Rogojati masih berlanjut malam harinya dengan pengajian umum Habib Nizar. Warga yang sejak pagi sangat antusias dengan acara ini, makin ramai mendatangi tempat acara di sepanjang jalan bale desa menuju makam Mbah Among. Ribuan jamaah mengunjungi pengajian umum. Habib Nizar naik ke mimbar sekitar jam sepuluh malam, dan ditutup jelang tengah malam.
Acara Haul Mbah Among tahun ini memang sangat meriah. Semua warga puas dan menginginkan untuk diadakan kembali tahun-tahun berikutnya sebagai even tahunan. Panitia sendiri menyambut baik dan siap bekerja kembali tahun depan dengan terus memperbaiki kekurangan-kekurangan yang masih ada pada tahun ini. Seperti kurangnya koordinasi dengan kelompok tahlil, yang membuat beberapa RT kekurangan personel dalam membuat gunungan. Hal ini dikarenakan kelompok tahlil tidak selalu satu RT.
Tradisi unik yang merupakan kekayaan budaya kita
BalasHapusBetul.
HapusKearifan lokal yang perlu dilestarikan, terlepas dari pro kontra yang kadang mewarnai.