Belakangan mood saya lagi lumayan kacau karena beberapa hal, di antaranya karena faktor kesehatan yang berpengaruh pada menurunnya produktifitas kerja. Meski sudah terbiasa bekerja dengan ritme tak beraturan, kadang cepat, kadang lambat, kadang leha-leha saja seharian, hehe, otak saya tak pernah benar-benar lepas dari pekerjaan. Ada saja yang harus dipikirkan meski dalam keadaan sakit.
Nah, enaknya kerja di rumah, kita benar-benar fleksibel dalam memenej waktu kerja. Saking fleksibelnya, sampai keenakan, lupa kalau semua pekerjaan ada batas waktunya alias deadline. Tapi karena badan belum sehat benar, saya sedikit bersantai memanjakan diri untuk menekuni hobi menulis.
Namanya juga hobi, meski tak dibayar, senang saja melakukannya. Kadang kuota habis hanya untuk menyalurkan hasrat menulis. Hobi memang butuh biaya juga, sih. Tapi tak apa. Timbang kuota doang, habis ya beli lagi. Itung-itung jadi jalan rizki untuk penjual pulsa dan kuota. Daripada otak stress, ya kan, ke psikiater bisa menghabiskan uang lebih banyak lagi lho.
Omong-omong soal membiayai hobi, teman saya, Mas Triyan, sering disebut-sebut hobinya buang-buang duit. Gimana nggak. Untuk sekedar kesenangan dari hobi saja, butuh duit puluhan hingga ratusan juta!
Apa sih hobinya?
Ngetrail. Motor cross atawa Off Road. Sejujurnya saya tak tahu persis apa perbedaan dari sebutan-sebutan itu. Tapi iya, motor trail yang dilempa-lempar ke lumpur atau tanjakan ekstrim itu ternyata harganya bisa mencapai 200 juta rupiah! Ck ck ck! Itu kan ya sama dengan harga mobil, tho yo?
Mereka yang memiliki hobi dan kesenangan yang sama, biasanya akan berkumpul dengan sesama penghobi motor trail. Mereka membentuk komunitas atau klub yang mewadahi semua aktifitas motor trail agar lebih terkoordinir. Komunitas itu bernama BANALAS atau BANowati Anak Lanang senAng trabaS.
Waktu saya ngobrol sama Mas Triyan, ternyata ada beberapa fakta tentang motor trail yang baru saya tahu.
siap tempur |
Fakta 1: Cikal Bakal TRABAS
Dulu, awalnya, mandor-mandor perhutani memodifikasi motor mereka agar kuat, bisa keluar masuk hutan dan medan-medan sulit. Banyak tanjakan curam yang tidak bisa dilalui menggunakan motor biasa. Jika berkumpul, para mandor itu saling menceritakan medan sulit di wilayah hutan yang menjadi tanggung jawab mereka masing-masing. Mereka pun saling tertantang agar bisa menaklukkan tanjakan dan medan sulit tersebut bersama-sama.
Dari sinilah awal terbentuknya komunitas trabas atau motor trail. Di Pemalang sendiri, klub yang paling awal dibentuk adalah OPEC (Offroader PEmalang Community), sedangkan di Bodeh berdirilah SETAPAK.
Di wilayah Watukumpul sendiri baru ada komunitas motor trail sekitar tahun 2011 bernama KOMBAT (KOMunitas Banowati Adventure Trail). Anggota komunitas-komunitas itu tak lagi terbatas kalangan perhutani dan mandor hutan saja. Namun, siapapun yang memiliki hobi motor trail bisa bergabung di dalamnya.
Istilah TRABAS sendiri diambil dari klub motor trail yang pertama dibentuk di Bandung yang merupakan singkatan dari Trail Adventure Bandung Association (TRABAS). Pada akhirnya sampai sekarang dijadikan istilah kegiatan semua jenis event adventure motor trail. Seperti merek Aqua yang dijadikan istilah untuk semua jenis minuman mineral kemasan.
Fakta 2: Di Balik Layar Event TRABAS
Tanggal 29 Juli 2016, terbentuk komunitas motor trail Klub BANALAS dan mengadakan event perdana di wilayah Watukumpul. Event perdana ini bertujuan untuk memperkenalkan jalur trabas yang ada di wilayah komunitas itu berada, kepada peserta event dari luar wilayah. Saat mengadakan event trabas, peserta yang datang untuk mengikuti berasal dari komunitas-komunitas dan klub-klub motor trail seluruh Jawa Tengah, bahkan juga dari luar Jawa Tengah. Di sinilah kesempatan memperkenalkan potensi jalur lokal terbuka lebar.
BANALAS |
Fakta 3: Tidak ada juara sebab TRABAS bukanlah lomba
Saya baru tahu, ternyata event motor trail itu bukan perlombaan, jadi tidak ada juara satu, dua, atau tiga dan seterusnya dalam event-event tersebut. Mereka semua hanya berkumpul dalam kekeluargaan, menaklukkan medan bersama-sama, dan menjalin silaturrahmi sesama peng-hobby motor trail.
Fakta 4: Harga motor dan perlengkapan safety-nya, WOW!
Motor-motor yang paling sering digunakan oleh peng-hobby motor trail tersebut adalah:
- Motor rakitan, yaitu motor (bisa dari merek apapun) yang dimodifikasi agar kuat melaju di medan tanjakan. Motor rakitan sering disebut juga motor odong-odong. Harganya sekitar 5 sampai 15 juta.
- Motor Pabrikan, yaitu motor yang memang diproduksi sebagai jenis motor trail. Mereknya antara lain: KLX dari Kawasaki, CRF dari Honda. Harga motor pabrikan sekitar 30 sampai 35 juta.
- BuitUp, yaitu motor trail pabrikan yang didatangkan dari luar negeri dan memiliki kapasitas mesin yang lebih besar. Antara lain merek KTM, YZ dari Yamaha, CRF dari Honda, RM dari Suzuki. Harganya 50 sampai 200 juta.
Selain motor, ada pula perlengkapan safety K3 pengendara.
- Jersey Set (baju) harga mulai 650.000 ke atas
- Sepatu boot, harga mulai 500.000 sampai 15 juta (buset, sepatu boot 15 juta cuma buat main-main doang).
- Helm, standar keselamatan TECH harga sekitar 4 juta.
Itu belum termasuk pritilan-pritilan kelengkapan K3 lainnya berupa sarung tangan, pelindung siku, pelindung lutut, dll.
Fakta 5: Ya Njalur, Ya Sedekah
Nah, ini yang saya juga baru saja tahu. Jadi, event trabas yang diadakan komunitas-komunitas itu, selain event komersil, kebanyakan justru adalah event charity atau penggalangan dana yang disebut juga BAKSOS (Bakti Sosial).
Menurut Mas Triyan, dalam sekali event Baksos, para off roader itu mampu mengumpulkan uang hingga 90-an juta. Jika dikurangi biaya operasional dan lain-lain, masih terkumpul uang bersih sebesar 60-an juta.
Uang itu berasal dari donasi sukarela, pembelian kaos, merchandise, pendaftaran peserta, hingga uang parkir dari seluruh peserta dan penonton yang mencapai ratusan bahkan ribuan sepeda motor yang datang. Uang yang terkumpul ini disumbangkan untuk pembangunan masjid, mushola, sekolah madrasah, TPA, dll.
Diharapkan, event charity atau baksos seperti ini mampu menghapus paradigma dan pandangan masyarakat mengenai kegiatan off road / motor trail agar tak melulu urusan hura-hura dan kesenangan semata namun bernilai ibadah dan ada manfaatnya bagi anggota maupun masyarakat sekitar.
Fakta 6: Semua ada aturannya
Klub atau komunitas motor trail di Jawa Tengah sendiri ada 333 klub. Ada organisasi atau federasi yang menaungi seluruh klub ini bernama IOF (Indonesia Offroader Federation). IOF ini bertugas mengatur jadwal event dari satu klub dengan klub lainnya agar tidak bertabrakan atau berbarengan.
Ada aturan resmi dari IOF jika sebuah klub motor trail akan mengadakan event. Pengaturan event ini berdasarkan jumlah peserta dan jarak tempat diadakannya event tersebut dengan klub lain. Mas Triyan sendiri adalah ketua STN (Silaturrahmi Trail Nusantara) yang menjadi jembatan komunikasi antar klub-klub motor trail seluruh Indonesia.
penuh kekeluargaan |
Fakta 7: Sebutan bagi Offroader
Ada yang lucu untuk sebutan-sebutan bagi para off roaders ini berdasarkan kebiasaannya. Yaitu:
- Mondol : yaitu sebutan untuk orang yang tidak kuat nanjak dan mudah tumbang di tengah jalan.
- Mlipir : ialah sebutan untuk mereka yang cari aman, alias tak berani mencoba medan yang terlalu ekstrim, tapi tetap mengikuti event sampai akhir melalui jalur yang lebih mudah.
- Petarung : yaitu off roader sejati, mampu menaklukkan setiap tantangan medan se-ekstrim apapun.
- Artis : yaitu orang yang terlihat menonjol dan berpengaruh dalam sebuah klub. Biasanya ia yang paling aktif mengikuti berbagai event antar klub.
Nah, itu dia tujuh fakta unik klub motor trail offroad. Memang sebelum men-judge sesuatu, ada baiknya kita mencari tahu dan mengenal lebih dalam tentang hal tersebut. Bisa jadi di balik pandangan masyarakat umum, ada hal baik yang patut kita contoh. Yang sering dipandang negatif karena terkesan penuh hura-hura dan buang-buang duit, malah jadi ladang amal kebaikan. Betul tidak?
Ya, ngomongin hobi sih sudah pasti buang duit. Namun, seperti teman saya pernah bilang, hidup ini adalah ladang ibadah. Maka apapun yang dilakukan, harus dilihat dari kacamata kebaikan dan diambil kenikmatannya. Mungkin di balik kepayahan dan lelahnya menaklukkan medan jalur trabas itulah tersimpan kenikmatan yang membuat peng-hobi motor trail itu tetap mencintai hobinya meski kadang mengeluh tak punya uang. Hehe...***
makin ekstrim medannya, makin 'nikmat' |
Wah, saya baru tahu loh kalau menyalurkan hobi itu nyatanya membutuhkan banyak dana. Saya juga baru tahu, sebutan2 lucu dan aksi mereka yang ternyata tak sekedar menyalurkan hobi, tapi juga bermanfaat untuk sesama, saya turut mendukung kalo kayak gini.
BalasHapusIya, hobinya jadi lebih bermanfaat untuk sesama, terutama masyarakat sekitar.
HapusWah baru tahu kalo motor trail itu ada yang harganya sampai 200 juta, kalo saya mendingan beli mobil Avanza..😂
BalasHapusSama.
HapusBeli Xenia masih dapat kembalian gocap :D
Gocap nya masih bisa buat beli perabotan rumah ya kak.😁
HapusGocapnya buat bikin garasi masih sisa keknya. Haha... ini ngomongin duit siapa kali! Bangun atuh woy! Ngelamun aja nih kita :D
HapusIni adalah komunitas bagi yang berduit
BalasHapusMotornya saja, sudah ketahuan harganya. Belum lagi nanti dimodifiaksi, bisa ratusan juta habisnya. Ya, memang seperti itulah.
Yang penting mlipir dan trabas :D
Beda sama saya, yang penting narsis. Soal kaya urusan belakangan. Hehe
HapusSeru kalau gabung dengan yang sehobi gini, hobinya kalau ikutan ginian serasa laki banget hihi
BalasHapusJadi tahu istilah2 perngetrackan gini
Saya yang ngga hobi aja ikut berasa seru kalo nonton.
HapusBtw, karena infrastruktur di daerah kami memang belum begitu bagus, itu motor trail sering juga dibawa ke mana-mana jika harus kerja di perkampungan di puncak bukit.
Rada serem juga kalau dibonceng sih. Pegangan nggak boleh lepas.
Ni yg di sebut hoby mahal. Tapi iyasih kl dah suka ya gmn, apalagi ke hal-hal positif. Kalau saya hobinya berkebun aja hehe
BalasHapusYang penting happy ya mas
HapusHarga yang BuitUp mayan banget ya.. hobi trail emang mayan ya.. hehe
BalasHapusMayan bikin kantong bolong, hehe
HapusHemmm...
BalasHapusSaya bersyukur, suami bukan pehobi seperti ini, hehehee.. Apapun kakau sudah hobi, walau mahal dan penuh tantangan, tetap dibela-belain ya mba..
Tapi saya suka dengan komunitas yang kental kekeluargaannya. Punya keluarga di komunitas itu rasanya dimana2 punya 'rumah' untuk disinggahi.
Hehe...
HapusSaya kalo diijinkan suami malah pengin ikutan. Seru.
Tapi ya palingan nonton doang bolehnya :>
Jadi ingat temanku di Kalimantan, nih. Dulu dia mengelola perusahaan tambang dengan lokasi di dalam hutan gitu. Jadi caranya supaya bisa keluar masuk lokasi dengan cepat ya dia modifikasi sepeda motornya deh menjadi motor trail.
BalasHapusKeren ya, dari bahasan motor trail aja nih topik bisa meluas kemana-mana. Memang sih, jari dan mulut kita ini terlalu sering merespon dengan kecepatan super melebihi otak. Otak belum selesai memindai, eh jari dan mulut udah nyeplos duluan. Termasuk menghujat orang atau kelompok lain boros, suka foya-foya, nggak pernah sedekah, eh ternyata diam-diam sedekahnya malah maksimal.
Ibarat tak kenal maka tak sayang. Kalau belum tahu dalem nya gimana sih emang sebaiknya tahan dulu komentar miring ke komunitas apapun ya. Siapa tau mereka justru punya misi mulia yang kita belum tahu.
HapusAku ga bisa naik motor tapi kalu ngetrack offroad pake jeep demen 😆
BalasHapusWah, ini seru lagi malahan!
HapusAda juga kan ya klub jeep offroad
Memang mba ya, kalau hobi rela kita mengorek kocek lebih dalam untuk bisa menyalurkan hobi tersebut. Apalagi hobi kayak kita, kadang bisa menjadi penghasilan pula.
BalasHapusBtw, hobi motor trial tu bagus juga ya karena ada charity nya sehingga juga bermanfaat buat yang lain.
Iya mba.
HapusYa happy ya charity
Sisi lain dari para mondol, melipir, petarung dan artis yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya. Asyik nih baca artikelnya. Terimakasih ya...
BalasHapusBtw bener nih saya bayangin harga sepatu but seharga sepeda motor. Ih kalau saya mending beli sepeda motor ya
Hahaha
Haha...
HapusLagi-lagi sesuai pangsa pasar.
Artinya kita bukan pangsa pasar produsen sepatu but itu ^0^
Om saya ini usianya sudah cukuplah...dia kelahiran 73 tapi ya gitu dia suka nge-trill. Tapi, sejalan dengan pekerjaan dia di PLN kalau ada gangguan di pelosok2 dia pakai motor trill-nya. Dan juga dia pecinta alam.
BalasHapusBerarti emang karena ada kebutuhan juga ya karena medan kerjanya yang pelosok dan mungkin terjal.
HapusDitambah lagi hobi pecinta alam. Sudah deh klop.
Seru banget yah kalau lihat orang sedang mengendarai Motor Trail, kayak laki banget yah.haha.
BalasHapusTapi lebih seru lagi kalau yang mengendarainya adalah wanita.Sebab terlihat Keren dan berani.
Kalo laki-laki kan jadi makin laki banget. Kalo perempuan jadi makin keren dan berani, laki-laki ngga takut kalah macho tuh kang nata? Wkwk...
Hapuskadang saya suka berpikir bisa jadi atlit motor trail haha, soalnya waktu kecil ayah sering mengajak saya menonton lomba motor trail atau motor cross
BalasHapusHaha...
HapusKalau saya dulu suka diajak mancing sama abang, sering ngebayangin juga dulu jadi pemancing di laut apa danau gitu trus teriak: strike! Lol.
Wah, saya dulu juga pengen jadi anak motor. Tapi karena saya cewe, dan emak saya bawel banget. Ya nda jadi wkwkwk
BalasHapusYang penting ngga dipecat jadi anak mama ya mba. Hihi...
HapusWow hobi nge-trail adalah hobi yang membutuhkan nyali gedhe. Eh duit gedhe juga sih hahaha... Keponakanku juga ada yang hobinya offroad bahkan sudah menjadi juara beberapa kali. Biayanya gedhe juga
BalasHapusLumayan nguras kantong ya mba, tapi kalo hobi ya gitu deh, meski harus keluar modal banyak, tetep ngga kapok.
HapusPantesan rasanya familier banget dengan trabas, rupanya sering lihat di Bandung
BalasHapusIyup! Betul, dari Bandung awalnya istilah trabas itu. Tapi sekarang digunakan untuk semua kegiatan terabas hutan atau ngetrail.
HapusWuihh mantul, hoby mahal off road/motor trail ini mah 😍 apalagi sambil melakukan charity.. semoga makin sukses 🤗
BalasHapusMakasih mba sudah mampir... :)
HapusHobi motor trail memang asyik tapi butuh uang besar dan nyali yang gede.
BalasHapusKeknya emang buat yang bener2 hobi saja ini ya, yang udah ngga peduli atau itung2an soal duid lagi
HapusTernyata g semua gank motor itu ugal ugalan ya..
BalasHapusAda juga yg berkumpul untuk melakukan kegiatan posistif
Iya mba
HapusSeru amatttttt acara motorannya hehehe... Suamiku pakai Kawasaki KLX nih buat ngantor tapi ga join klub hore motoran, padahal asyik kelihatannya kumpul ramai2 sesama penggila off road event yaaa...
BalasHapusHehe...
HapusIkut klub nya dong mba nurul, biar makin seru :)
Kalau sudah hobi ya. Mau ngabisin duit juga nggak apa-apa. Yang penting happy. Peralatan safety emang mahal ya. Demi melindungi tubuh dan nyawa. Harus beli yang kualitasnya paling bagus.
BalasHapusIya betul. Perlengkapan safety mahal, karena tubuh dan nyawa si pemakainya jauh lebih mahal :)
HapusYang penting saat motoran baeng2 selalu memakai peralatan keamanan yang lengkap dan enggak merugikan masyarakat yang jalurnya dilewatin konvoinya :D
BalasHapusBetul.
HapusSebenernya mereka membuat jalur sendiri lebih dulu di hutan, bukan di jalan atau pemukiman. Berangkat ke lokasi mereka menggunakan mobil, motor2 trail pun diangkut dengan mobil, bukan dikendarai secara konvoi.
Aku tuh penasaran sebenarnya pingin cobain naik motor cross
BalasHapusSensasi nya pasti lebih memacu adrenalin, dan yg aku tau segala perintilannya cukup mahal memang
Ayo dicoba mbak:)
HapusYampun cuma perlengkapannya aja mehong ya mbak hehehe hobi yang memicu adrenalin dan mahal ini ya mbak. Tapi seru pasti
BalasHapusSeru banget mbak.
HapusIya perlengkapan mahal karena berhubungan dengan keamanan/safety juga.
Kata temen saya: orangnya yang mahal, bukan perlengkapannya ^□^