WIPPAS merupakan kependekan dari WIsata Pangeran PurbayA Surajaya. Yess, WIPPAS ini memang terletak di Desa Surajaya, tepatnya Dukuh Slarang area sawah, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang 52318. Tempat wisata ini diresmikan oleh gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo pada tanggal Agustus 2016. Konsepnya sendiri mengusung wisata religi dan wisata alam.
WIPPAS ini menarik untuk dikunjungi seluruh keluarga, baik anak-anak maupun orang tua. Saat saya ke sana, pengunjung terlihat cukup ramai. Selain masyarakat dan penduduk sekitar, WIPPAS banyak didatangi oleh pengunjung dari luar wilayah Pemalang, bahkan turis mancanegara.
Dalam festival desa wisata yang diadakan dalam rangka HUT Pemalang ke-444 lalu, WIPPAS Desa Surajaya meraih juara 1. Memang, sejak awal diresmikan, WIPPAS tergolong aktif mengadakan pertunjukan-pertunjukkan maupun event besar-besaran yang menarik. Seperti pagelaran wayang kulit, ruwat bumi, pertunjukan kuda lumping, tradisi suronan, maupun sendra tari, dan lain-lain.
murah meriah hepi sekeluarga |
MURAH MERIAH
Dengan membayar tiket Rp 3.000,- pengunjung yang datang sudah bisa berkeliling di kawasan WIPPAS. Saya dan keluarga, terlebih dahulu menyempatkan ziarah ke makam Pangeran Purbaya dan mendoakan para prajurit serta pejuang agama yang telah berpulang. Sayang sekali makam tersebut tidak diperkenankan untuk difoto oleh penjaga makam dan hanya diperbolehkan mengambil gambar dari luar bangunan.
Makam yang dimaksud di sini adalah sebuah situs candi yang memiliki nilai sejarah dan artistik. Uniknya, nih, Sist, candi Pangeran Purbaya terletak di atas bukit. Jadi, kita harus menaiki tangga yang lumayan banyak untuk mencapai lokasi. Dari atas bukit ini kita bisa melihat jauh, baik keindahan alam di kawasan WIPPAS maupun pemandangan persawahan penduduk sekitar. Banyak pohon rindang di kanan kiri tangga sehingga tak perlu khawatir kepanasan. Sembari menaiki tangga, kita pun bisa melihat kera-kera yang banyak bergelantungan di atas pohon.
makam Pangeran Purbaya dan tangga menuju makam |
Selesai ziarah makam Pangeran Purbaya, kami menyusuri jalan hingga sampai di sebuah waduk. Meski ukuran waduk ini tak terlalu besar, pemandangannya sungguh indah. Bahkan keindahan itu tetap bisa dinikmati meski kami datang saat musim kemarau. Pohon-pohon rindang membuat suasana sekitar waduk menjadi sejuk.
Ternyata, kera-kera ini justru lebih banyak lagi di sekitar waduk. Jika kera di sekitar makam lebih sering bergelantungan, di sini kera-kera turun ke jalan dan bisa berinteraksi dengan pengunjung yang datang.
Anak-anak saya, Tsabi dan Rafi membeli kacang di warung kecil penjual makanan ringan di dekat waduk. Mereka bergantian melemparkan kacang ke arah kera-kera itu meski awalnya sedikit takut. Setelah agak lama, Tsabi dan Rafi berani memberikan kacang tanpa melemparnya, melainkan memberikannya langsung dengan tangan yang kemudian diambil oleh kera.
atas: pemandangan waduk yang sejuk, bawah: kera di sekitar waduk |
Puas menikmati pemandangan waduk dan memberi makan para kera, saya kembali ke area parkir dan tanah lapang di dekat pintu masuk. Ada kandang landak dan monyet berwarna hitam yang sering disebut lutung di sana. Ada pula kijang milik perhutani yang berada di dalam kandang. Oh ya, apa perbedaan monyet dengan kera? Googling saja ya..., hehe....
Kawasan wisata WIPPAS ini lumayan bersih. Fasilitasnya pun lengkap. Terlihat beberapa toilet untuk keperluan MCK pengunjung. Sayangnya, saya tidak melihat fasilitas ibadah. Namun, ada yang menarik buat saya. Ada Pojok Baca yang merupakan bagian dari Perpustakaan Desa Surajaya ternyata di sini. Jadi, sambil beristirahat melepas lelah, kita bisa membaca buku-buku yang disediakan. Meski kecil dan kurang tertata, isi bacaan di Pojok Baca ini tersedia dari buku anak-anak, remaja, hingga dewasa. Ada buku nonfiksi, dan banyak pula buku-buku fiksi.
Saat saya membaca-baca buku itu, terlihat beberapa siswa-siswi dari SMU Negeri 1 Pemalang mengadakan wawancara dengan Kepala Desa dan Pengelola WIPPAS Bapak Supardo. Mungkin tugas observasi dari sekolah. Melihat hal itu saya sempat tersenyum-senyum simpul seorang diri, teringat masa-masa sekolah dulu di almamater yang sama. Indah nian masa itu.
Selesai wawancara dengan dedek-dedek gemes adik angkatan (uhuk!), saya tertarik pula untuk mengobrol dengan Bapak Supardo dan Pak Kades. Banyak yang diceritakan oleh beliau berdua mengenai sejarah Pangeran Purbaya dan Pangeran Paslingsingan. Suatu saat akan saya tulis juga jika sudah lengkap 'keping puzzle'nya.
Jujur saya tertarik dengan konsep desa wisatanya. Saya pun tertarik dengan sejarah Pangeran Purbaya. Ada semacam kedekatan personal dan sulur nenek moyang. Surajaya sendiri adalah nama kakek buyut yang entah bagaimana ternyata sama dengan nama desa ini. Ketertarikan dengan budaya nusantara, membuat saya tak bosan menyimak cerita-cerita zaman dahulu kala. Barangkali dengan menelusuri sejarah kuno, ada manfaat yang bisa diambil. Diharapkan sejarah kehidupan pada masa itu tak hilang dan tenggelam ditelan zaman dan bisa menjadi pembelajaran bagi generasi di masa sekarang.
Oh ya, buat yang ingin berkunjung pula ke WIPPAS, bisa melalui akses jalan raya perempatan pasar Paduraksa masuk ke arah barat. Terus saja menuju desa Surajaya. Jalan masuknya pun sudah bagus dan bisa dilalui dengan sepeda motor maupun kendaraan roda empat sampai ke dalam lokasi. ***
Bapak Kepala Desa Surajaya dan Bapak Supardo di Pojok Baca |
Bagus nih, bisa ditiru oleh desa2 lain. Wisata murah tentunya bikin hepi 2x
BalasHapusProspeknya bagus sekarang. Asal ada tempat yang bagus buat selfi dan instagramable, jadi deh tempat wisata.
HapusWah... Wisata desanya ada Pojok Baca juga, kok keren sih. Aku belum pernah tahu ada wisata yang juga menyediakan fasilitas Pojok Baca, bisa buat baca-baca buku sambil membunuh waktu ya Kak di Wippas ini.
BalasHapusMenarik, ada monyet juga. Hehe... Lama nggak lihat monyet yang dibiarkan bebas berkeliaran begitu, lebih suka monyet yang berkeliaran dari pada dipaksa mengikuti manusia (topeng monyet).
Iya, di sini kera-kera dibiarkan bebas tanpa kandang dan bisa berbaur dengan pengunjung.
HapusTapi kebanyakan pengunjung pada takut, padahal kera-kera itu yang sebenarnya lebih takut pada manusia.
Disini juga ada tempat rekreasi yang ada monyet nya namanya taman solear, tapi tidak ada waduknya sih kayak WIPPAS. Tiket masuknya kalo hari biasa gratis, tapi kalo hari raya atau hari besar 5rb.
BalasHapusWah, di mana tuh. Pasti banyak yang datang ini sudah mau libur sekolahan.
HapusTempat wisatanya keren dan menarik yah, apalagi ada kera, si sobat Sun Go Kong. :)
BalasHapusMungkin perjalanan ke barat Sun Go Kong akan berakhir di sini kang ^0^
HapusWisata sejarahnya dapat
BalasHapusWisata alamnya dapat
Menarik, saya baru tau ada WIPPAS
Moga kelak bisa kesini
Ekonomi masyarakatnya juga makin maju. Itu yang paling menggembirakan buat saya.
HapusMurah meriah bangeeett, cuma 3 ribu HTM-nya
BalasHapusYa ampyuun kapan2 aku kudu ke sini, biar merasakan suasana yg asssoooyy
Tiketnya 3 ribu, jajanin kera 30 ribu, jajanin anak-anak 50 ribu. Hehe...
HapusIya bagus itu kepala desanya. Dan yang paling penting itu sejarah tentang Pangeran Purbaya dan Pangeran Paslingsingan. Penasaran cerita tentang mereka.
BalasHapusMasih dalam penyusunan mbak biar lengkap dan tidak bolong informasinya.
HapusWaaaah, akses menuju lokasi udah bagus banget ya mba. Jalannya udah rapi, jadi bawa anak-anak pun aman. Menarik ini untuk wisata sejarah.
BalasHapusIya mbak. Masyarakat sekitar juga sangat welcome.
HapusIni wisata yang paling pas buat orang-orang pecinta wisata murah kayak saya nih Mba :D
BalasHapusTiketnya murmer, udaranya sejuk, tenang.
Pas banget buat refreshing deh
Apalagi fasilitasnya lengkap, komplit dah :)
Iya mbak.
HapusTinggal dibangun mushola makin sip.
Wah beberapa kali lewat Pemalang gak tau ada destinasi sekeren ini.
BalasHapusLain kali mampir ah, sambil jajan soto gombryang 😁😁😁
Boleh grombyang Waridin yang udah terkenal.
Hapuseh ada monyet. ayoo ayoo bagi kacang ke mereka, hihi. harga tiket masuk murah meriah makanya jd wisata andalan ya
BalasHapusHaha...
HapusPisang dan buah lebih suka ternyata mereka.
Wah keren nih mbak, baru tau ada lokasi wisata kyk gini. Terlihat
BalasHapussederhana tapi alhamdulillah diurus dengan baik ya. Wih, ada monyet2nya, dibiarkan lepas bebas gitu ya, anak2 pasti seneng bisa rekreasi di sana. Apalagi ada pojok bacanya juga. AKu baru tahu nama Paneran Purbaya, jd penasaran juga sama sejarahnya.
Iya mbak.
HapusBerkeliaran bebas dan bisa berinteraksi dengan pengunjung.
Desa wisata dan ekowisata makin menjamur di Indonesia. Masing2 punya keunikan sendiri. Semoga dhn pemberdayaan desa wisata ini, ekonomi masyarakat lokal terus membaik.
BalasHapusSemoga awet prospeknya ya mbak, bukan cuma gebyar sesaat lalu meredup akhirnya.
HapusTiketnya terjangkau sekali ya, Mbak...dan bagus konsepnya , menggabungkan wisata alam dan religi. Bisa nih kapan-kapan ke Pemalang dan dikunjungi:)
BalasHapusAyo mbak ke WIPPAS ketemu saudara jauh, hehe..
Hapuswuih kera2 yg di waduk gemes yaa bs sok dekat dg pengunjung gitu. btw dulu di area makan sunan giri gresik jg banyak kera. apa memang area yg ada wisata religinya selalu ada kera yg sengaja dipelihara atau mungkin karena dekat dengan hutan ya?
BalasHapusIni memang masih wilayah perhutani. Kera dan kijang memang banyak bermukim bebas di hutan ini.
HapusWahhh Pemalang ya Mba, aku di Comal lho suamiku yang asli sini
BalasHapusaku belum pernah ke sana, kapan2 mau ah ke sana.
Wah, lumayan deket kita. Hayuk kita kopdar kapan di mana. Hehe
Hapus