Eh, saya mau menulis tentang jahitan sebenarnya, bukan soal kandungan. Biasa, curhat penjahit.
Jadi ceritanya, awal Maret ini, pesanan jahitan saya tutup hingga Juni 2020. Namun, seperti biasa, masih saja banyak sekali orang yang ingin menitipkan jahitannya. Ada yang pelanggan lama, banyak pula pelanggan baru.
Ya, saya sih senang. Itu artinya banyak yang percaya dengan kemampuan saya dalam hal membuat pakaian jadi. Masalahnya, saya sedang kerja sendiri. Asisten tak datang lagi selepas cuti melahirkan. Saya tak bisa memaksa karena prioritas dia pastilah untuk mengurus keluarga kecilnya. Mencari asisten baru pun tak mudah.
Yang kadang bikin jengkel itu banyak yang memaksa. Saya orangnya kan nggak tegaan. Jadi sejak Maret ini saya harus tega menolak pesanan meski mereka memaksa. Saya bilang, nanti saja bulan Juni datang lagi. Mereka bilang ini baju buat lebaran. Yah, gimana dong.
Saking memaksanya, ada yang ingin dipotongkan kainnya saja. Kira-kira begini dialognya:
"Ya udah, kalau mbak nggak bisa jahitnya, dipotongin kainnya aja deh mbak. Nanti yang jahit adik saya, atau si anu, atau si inu, kan banyak yang pada bisa njahit tapi mereka nggak bisa motongnya."
Jawaban saya?
"Hello ... bukan saya tukang potong bayaran ya."
Hehe .... Jawabnya dalam hati tapi.
"CUMA motong mbak."
Hah? Nggak salah?
Saya jelas menolak. Meski saya bisa, saya tetap menolak.
Sejujurnya saya berencana untuk tersinggung.
padahal sudah diworo-woro di medsos |
Begini.
Penjahit pribadi seperti saya itu sebuah profesi. Penjahit mengerjakan semua hal berkaitan membuat pakain jadi dari awal sampai akhir. Sama seperti pekerjaan lain.
Bayangkan pekerjaan kamu adalah pembuat film. Lalu tiba-tiba ada yang meminta mentahan rekaman syuting semua scene dan berkata: "saya beli rekaman mentahannya saja ya boss, kan saya bisa edit video sendiri." Waduh! reaksimu gimana coba?
Contoh lainnya jika pekerjaanmu penulis yang hendak menerbitkan buku. Trus ada yang pengin bayar versi PDF-nya, misalnya : "aku bayar soft copy-nya aja ya, aku mau print sendiri di rentalan komputer." Kebayang nggak reaksi penulisnya gimana?
Sama seperti pekerjaan lain, hasil karya seorang penjahit pun saya anggap anak sendiri. Sulit membayangkan kamu mengandung anak tapi yang melahirkan orang lain. "Lu bikin anak dong, ntar gue bayarin. Gue nggak bisa nih. Kalo ngelahirinnya mah gue bisa." Nah Loh!
Halah! Tinggal bilang tak mau motong kain saja kok. CUMA MOTONG KAIN TOK.
Eh, saya bukan lebay ya.
Saya hanya mengeluarkan unek-unek saja. Ini menggambarkan persepsi orang. Tentang begitu mahalnya harga sebuah ilmu, tapi begitu dianggap 'sepele'nya profesi penjahit.
Menjahit sudah mendarah daging dalam hidup saya. Persoalan memotong kain itu nggak bisa dibilang CUMA lho.
Ini tahapan seorang penjahit sampai tiba waktunya memotong kain yang orang bilang CUMA itu:
- Sebelum memotong kain, seorang penjahit harus bisa mengukur ukuran badan customer dengan tepat untuk membuat pola.
- Penjahit harus menganalisa model yang diinginkan customer dan mengerahkan seluruh imajinasinya. Jika customer bilang model terserah penjahit, artinya penjahit harus siap mengerahkan dua kali lipat kemampuan berimajinasinya untuk membuat model yang sesuai dengan costomer.
- Menghitung dan memperkirakan kebutuhan bahan, termasuk menyiasati jika bahan yang pas-pasan.
- Membuat pola bagian-bagian pakaian hingga partikel terkecil dan aplikasinya.
- Menempatkan pola pada kain dengan menyesuaikan motif, model dan HARUS PAS.
- Setelah semua tahapan di atas, baru deh bisa memotong kain. Nggak bisa diloncati begitu saja langsung potong kain.
Nah, jika tahapan untuk sampai memotong kain saja sudah sepanjang itu, apa masih bisa disebut CUMA?
Eniwey, ini cuma curhatan subyektif saya saja sih. Bukan hal yang luar biasa dan bukan hal penting untuk diperhatikan semua orang. Faktanya, masih banyak penjahit yang mau dibayar untuk memotong kain saja. Lumayan, katanya. Tak perlu menjahit tapi dapat uang. Ada yang mau dibayar 30 ribu, 25 ribu. Katanya sih, karena CUMA motong kain.
Yah, uang memang menggiurkan. Lebih menggiurkan lagi kalau mereka tahu jasa pembuat pola di factory itu gajinya sudah 2 digit. Angka depannya. Angka belakangnya 6 digit.
Untuk sekelas konveksi skala sedang, untuk satu pola dibayar dengan upah 1,5 juta. Satu bulan bisa lebih dari dua puluh pola bisa diorder.
Nah, kalau penjahit pribadi seperti saya? Bikin pola itu GRATIS. Cutomer cuma bayar ongkos jahit saja! Masih tegakah nyuruh CUMA motong kain?
Jadi hikmahnya apa?
Nggak ada.
Hanya mau bilang, kami tutup pesanan jahitan sampai Juni. Nanti, bulan Juni silakan pesan lagi yang banyak. Bisa pula pesan jahit online melalui nomor WA 0877 1166 2757.
Kalau job rias pengantin dan wedding tetap terbuka selebar-lebarnya ya. Banyak gaun baru dan ada dekorasi baru juga yang keren banget lho. Wedding khusus untuk wilayah se-kabupaten Pemalang dan sekitarnya.
Oh ya, Rumah Tsabita juga ada toko yang menyediakan alat-alat jahit dan craft. Sementara ini toko baru melayai penjualan offline. Ada beberapa pesanan online, tapi karena keterbatasan sumber daya, jadi saya stop sementara. ***
Curhatan ini ditulis di antara waktu istirahat yang menenangkan dan melenakan alias bikin mager. Wkwkwk ...
Paham dan setuju banget ama pendapat mbak.
BalasHapusNggak bisa seenaknya ngomong cuma, karena itu nggak ngehargai banget namanya.
Pernah ngalahin juga kah?
HapusSaya juga tidak respek sama orang yang kesannya merendahkan profesi atau keahlian yang dimiliki seseorang ..., dengan seenaknya bicara 'kan cuma begitu begini,bolehlah .. bla bla bla'
BalasHapusTerus terang, hal merendahkan seperti itu serung aku dengar di beberapa tempat.
Begitulah.
HapusPelanggan yang begini kadang buat interospeksi diri juga sih. Kalau saya jengkel digituin, berarti saya jangan kek gitu ke orang lain.
Kalau kerja di pabrik harus lebih ditebelin lagi kupingnya. Tak dihargai atasan, bener atau salah tetep diomelin, dikambinghitamkan sama rekan kerja, hal2 seperti itu bikin kerja ngga betah meskipun gaji besar.
Intinya, setiap pekerjaan pasti ada enak dan nggak enaknya. Hehe...
Sependapat berdasarkan pengalaman dari beberapa temanku yang pernah kerja di pabrik, kak ... , kata mereka persaingan diantara staff terasa banget.
HapusDemikian juga pekerja di bidang jasa.
Betul, setiap pekerjaan ada tantangannya masing2 dan juga plus minusnya.
Kita kuat, bertahan.
Kita ngga kuat, mencelat ..., eh# kayak kutu ya mencelat ... , Wwwkkkk
Intinya, disyukuri aja ya apapun yang sedang dijalani. ^.^
Hapusresiko siapa yang nagggung yah
BalasHapusHehe ...
HapusSalah ngerjainnya resiko dia dong
memang terkadang kita harus sabar menghadapi hal itu ya mbak,
BalasHapusHehe...
HapusWarna warni pekerjaan :)
Agar sesuai motif atau pola ini yang sulit dan harus yang sudah terbiasa
BalasHapusYa sudah kasih ke saya saja, biar saya yang potong.
Sepertinya saya juga bisa kok
Potong doang mah cepet.
HapusMikir bikin pola dan ngepasin motif emang yg susah.
Satu sisi kasian liat pelanggan kecewa mba, satu sisi kita punya prinsip yah.
BalasHapusbtw kenapa tutup mba, karena mau romadhon?
Sudah full bang.
HapusOver load.
Takut mengecewakan juga kalau tak bisa selesai buat lebaran.
Memang kalo sudah banyak order mendingan tutup saja dulu ya mbak, daripada diterima tapi nanti bikinnya asal kan pelanggan jadi kecewa. Tapi kalo sudah dinyatakan tutup tapi masih saja ada yang mau jahit itu pertanda jahitan mbak lasmiati bagus.😊
BalasHapusNah, maksudnya begitu.
HapusMending putus pas masih belum jadi, daripada ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.
Eh gimana?
Setuju sih tapi terkadang saya juga butuh bermaksud baju ketika beli baju yang ukurannya lebih besar dari badan saya.
BalasHapusBtw saya belum menemukan penjahit yang pas nh di lokasi dekat rumah, seandainya saya dekat dengan mba ya seneng bgt saya bisa menjahit bahan2 batik saya
Iya ya mbak. hehe
HapusKalau saya mah males bawel-bawel mba terserah penjahitnya, ini aja saya udah kasih 4 bahan dari januari belum dikerjain hahahahaa maklum sih dia banyak jaitan jadi saya mesti sabar antri.
BalasHapusHehe ....
HapusMasalah semua penjahit itu sama di mana-mana.
Wah, saya suka nih sama design baju yang dipajang jadi picturenya. Rumah Tsabita adanya di daerah mana, Mbak? Memang kadang customer suka ada aja, hehe ... tapi sekekali tegas boleh banget sama mereka.
BalasHapusPemalang mbak
HapusAsal mau bayar seharga satu paket aja mbak, he he he
BalasHapusYang suka nyepelein lainnya adalah koreksi baju, seperti motong panjang lengan, kurangi lingkar pinggang
Mereka ga tau kerjaan seperti itu ribet banget
Lebih ngga tega sih kalo minta tarif lebih.
HapusMending ditolak halus aja.
Barangkali dia mau cari yang lain.
Atau kalau mau inden sampai buka lagi, ya monggo, silakan. Biasanya begitu aja saya, Ambu.
Aku juga berencana marah tiap ada yang minta pdf bukuku. Enak ajaaahhhhh...
BalasHapusEh btw, lagi musim pandemi korona gini ternyata masih banyak ya yang pengen bikin baju baru buat lebaran.
Banyak Teh.
HapusKorona ya korona.
Jahit baju lebaran ya tetep.
Mungkin sudah jadi rezekinya para penjahit.
Mba Lasmicika ini multitalenta ya, udahlah bisa jahit, rias pengantin, dekor wedding eh bs nulis juga. Keren deh, semoga putri saya ada yg bs jahit juga kaya Mbak ya hihi... (nerusin kursus jahit ibunya yg putus kursus, haha)
BalasHapusYa itu doang saya bisanya.
HapusSelain itu saya payah mbak
Saya kagum sama orang-orang yg jago jahit itu.. soalnya saya ga bisa2 padahal pernah kursus xixixi.. ga suka mungkin itu faktor utamanya. Beneran Mba kerjaan motong itu justru yang luar biasa butuh keahlian khusus...
BalasHapusMemang harus ada rasa seneng dulu sih kalo mau apa2 tuh, jadinya awet n ngga cepet nyerah:)
HapusHikmahnya harus mengharagai profesi orang lain, memotong itu punya ilmu dan tidak sekedar bikin pola loh. Sedih kalau orang memandang sebelah mata penjahit baju :(
BalasHapusYa Alloh, akhirnya ada yang bisa merangkumn hikmahnya dalam satu kalimat pendek.
HapusHehe ...
wah bisa pesan jahit online? prosedurnya gimana itu mbak?
BalasHapusBisa langsung chat WA tertera mbak.
HapusMudah-mudahan Juni bisa terima lagi.
Kalimat yang biasa saya dengar dari orang yang habis ambil jahitan, 'gini doang mahal.' Ga bisa komentar, mungkin dia harus merasakan sendiri prosesnya ya teh baru bisa menghargai skill orang.
BalasHapusKadang ada yang begitu.
HapusYang baik banget ngasih ongkos lebih ya banyak.
Namanya orang macem-macem ya mbak.
Wah kalau menurut saya prinsip kyk gtu bagus sekali mbak. Kalau nurutin org minta potongin bahan aja kyk kita nglepas anak kita ke org pdhl anak kita blm "mentas" haha pas gak ini perumpamaannya ya.
BalasHapusSemoga setelah pandemi usai bisnisnya lancar2 ya mbak.
Aamiin mbak. Makasih.
HapusI feel you mba
BalasHapusNyesek banget sih, tetap aja. Sebuah hasil karya kita yg mendesign istilahnya terus diselesaikan orang lain (dan sudah pasti) akan di akui itu karyanya
Memang mesti tegas.
Entahlah, mungkin orang lain ada yang biasa-biasa saja melakukan itu, tapi saya belum bisa. Hehe ....
HapusTerlalu dibawa sentimen kali ya.