Healing Ala Si Sulung
Nggak terasa Si Sulung sudah hampir satu bulan tinggal di asrama sekolah. Kangen rasanya dengan sosoknya yang cerewet, kadang baperan kalau pas masuk periode bulanannya, hehe....
Si Sulung inilah yang selama ini selalu membantu setiap saya kerepotan mengurus Si Bungsu dan pekerjaan. Dari mulai menjemur pakaian, menyetrika semampunya, dan terutama sekali bergantian momong Si Bungsu yang masih bayi.
Memang benar, sesuatu atau seseorang akan terasa kehilangan jika sudah jauh dan nggak bisa selalu bersama.
Tinggal di asrama menjadi pilihan Si Sulung saat pertama memutuskan mendaftar di sekolah tempatnya sekarang belajar jenjang SMA. Saya dan suami jelas mendukung apapun pilihan dia. Karena jarak rumah kami jauh, tidak memungkinkan jika harus berangkat pulang pergi ke sekolah setiap hari. Mau nggak mau pasti harus mencari tempat kos atau tinggal di asrama.
Kebetulan sekali sekolah dan asrama Si Sulung dekat dengan toko tempat kami berbelanja dagangan alat-alat jahit. Jadi, kami bisa mengunjungi Si Sulung sekalian belanja dagangan. Satu kali jalan, dua keperluan tertuntaskan, ya kan.
Yang Bikin Kangen
Semenjak mengantar ke asrama pada tanggal 18 Juli lalu, saya belum mengunjungi Si Sulung di asrama. Hanya suami yang beberapa kali ke sana membawakan keperluan sehari-hari yang masih kurang.
Kangen? Jelas kangen. Saya sangat dekat dengan Si Sulung. Kami sering menghabiskan waktu bersama sekedar mengobrol berbagai macam topik. Apalagi dua tahun terakhir Si Sulung sekolah PJJ yang membuat aktifitasnya mampir semuanya dilakukan dari rumah. 24 kami terus bersama.
Si Sulung ini yang paling bersemangat ketika saya melahirkan Si Bungsu. Dia menag ingin punya adik perempuan.
Sejak hamil besar, lalu melahirkan sampai sekarang adiknya berusia 15 bulan, Si Sulung siap membantu keperluan saya dengan senang hati.
Beberapa hal ini yang bikin kangen dengan Si Sulung. Yaitu:
1. Saya kehilangan teman mengobrol.
Karena sehari-hari saya bekerja di rumah selain jika ada job make up wedding, praktis saya amat jarang keluar rumah. Karenanya saya jarang punya teman mengobrol. Si Sulung juga sama selama PJJ. Jadi hampir setiap ada kesempatan dan waktu senggang kami mengobrol. Kami seperti dua orang yang tak punya kawan yang menemukan teman curhat. Haha.
Si Sulung bisa menceritakan apapun pada saya bahkan hal-hal yang tabu dan rahasia sekalipun tanpa khawatir di-judge negatif atau bocor di-ghibah-in orang. Saya sendiri sering curhat tentang kejadian lucu yang berkaitan dengan ceritanya. Saya sering menceritakan masa-masa remaja dulu yang masih relate dengan masa remajanya. Setelah berjauhan, saya jadi kangen mengobrol dengan Si Sulung.
2. Kehilangan asisten toko.
Si Sulung sering saya tugaskan untuk menjaga toko jika saya repot mengurus Si Bungsu. Tinggal jauh dari rumah begini, artinya saya kehilangan satu asisten toko.
3. Kehilangan teman satu hobi
Saya ini punya banyak hobi. Jika dituruti, hobi ini itu segala macam sangat menyenangkan. Si Sulung entah dia ketularan saya atau memang kami sama dalam hal hobi, juga menggemari hobi yang saya gemari pula.
- Saya dan dia sama-sama suka membaca buku.
- Kami juga suka menulis fiksi di platform menulis online.
- Kami senang berkreasi membuat berbagai handy craft.
- Saya dan juga Si Sulung senang menggambar. Bedanya dia menggambar doodle, menulis lettering, dan membuat bullet journal. Kalau saya sekarang ini ya, menggambar alis, menggambar apes, dan menggambar desain baju karena sudah jadi pekerjaan. Haha.
Membuka buku Si Sulung, membereskan peralatan menggambar miliknya, jadi obat kangen buat saya |
Ngomong-ngomong soal hobi menggambar, kalau saya kangen dengan Sulung, saya pasti ke kamarnya sekedar duduk di kasur. Saya buka bujo miliknya, kadang Si Bungsu ikut memainkan aneka perintilan bujo dan lettering Sulung yang nggak dibawa ke asrama.
Banyak juga doodle milik Sulung yang dulu ditempel di dinding tapi kemudian diarsipkan di lemari buku sebelum ditinggal berangkat ke asrama.
Dari sekian banyak jenis seni gambar, doodle yang paling disukai Si Sulung. Menurutnya, ia lebih bebas berekspresi.
Menurut Arista Prasetyo Aji dalam bukunya yang berjudul Doodle Art Charakter Edition with CorelDraw, doodle art merupakan seni desain bebas yang terinspirasi dari diri sendiri atau dari benda di sekitar untuk dijadikan coretan, atau goresan desain yang unik atau bahkan desain yang tidak sengaja ditemukan melalui coretan dan tidak memiliki makna apapun.
Jadi bisa saya mengerti kalau Sulung lebih bisa mengekspresikan dirinya melalui doodle. Karena ternyata ya memang seperti itulah yang diadakan.
Doodle memang bisa menjadi amat personal, tergantung pembuatnya. Makin kaya imajinasi seseorang, makin bermakna pula doodle yang dihasilkan.
Mengenai berbagai jenis seni gambar serta tehnik menggambar di era digital ini, bisa dibaca lebih lengkap pada artikel mengenai aplikasi canva pro.
Bawa Alat Menggambar di Asrama, Jadi Obat Kangen dan Healing-nya Si Sulung
Sebagaimana saya sering merasa rindu dengan Si Sulung, pastinya dia juga merasakan hal yang sama. Apalagi ia tinggal di sana tanpa satu orang pun yang dikenal sebelumnya. Tempat tinggal baru, orang-orang yang baru dikenal, serta suasana baru yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Pasti nggak mudah melewati fase ini. Namun, kemampuan beradaptasi seseorang memang harus diasah kan? Untungnya Si Sulung diperbolehkan membawa perlengkapan menggambar miliknya meski tidak semua.
Dengan alat-alat ini, dia tetap bisa menyalurkan hobi, termasuk hobi menggambar doodle untuk mengobati rasa rindu dengan rumah sekaligus healing.
Tinggal di asrama Islamic Boarding School yang tidak diperbolehkan menggunakan ponsel setiap hari, bagi remaja seperti Sulung kadang bisa membuat mereka tertekan. Tak bisa berkomunikasi setiap saat dengan orang tua, tidak bebas berkeluh kesah meski jarak jauh melalui aplikasi pesan, dan lain-lain.
Si Sulung mengobati tekanan dengan cara menggambar. Menjalankan hobi menggambar doodle, membuat bullet journal, dan lettering, menjadi cara ampuh untuk healing di awal-awal padatnya kegiatan sekolah dan mengaji di IBS.
Setiap hari Ahad, saat santri dibebaskan menggunakan ponsel, saya menanyakan kegiatannya selama sepekan kemarin. Bagaimana perasaannya, kendala apa yang masih sering dihadapi, dan lain-lain. Si Sulung juga menceritakan hal-hal yang terjadi dan juga keperluan apa yang perlu segera dikirimkan.
Saya cukup tenang karena ia bisa melalui masa beradaptasi dengan cukup baik. Masalah-masalah kecil yang dia alami, semoga bisa menjadi pembelajaran hidup dalam proses pendewasaannya.
Transisi dari remaja menuju dewasa tidak selalu mudah. Namun, saya percaya Si Sulung akan mampu melewatinya dengan tangguh.
Sehat selalu ya, Nak. Semoga lelahmu dalam menuntut ilmu, mendapat hasil memuaskan dan dicatat sebagai amal baik. Doa kami orang tuamu, semoga Alloh selalu melindungimu, dijauhkan dari marabahaya dan kejahatan makhluk, dimudahkan dalam menuntut ilmu, dijadikan orang yang bermanfaat, tercapai segala yang dicita-citakan. Aamiin. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Ditunggu tanggapan dan komentarnya ya.